Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Salah
satu model pembelajaran kooperatif adalah model Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) yang dikembangkan oleh
Spencer Kagan pada tahun 1992 dan bisa digunakan bersama dengan model Kepala
Bernomor (Numbered Heads). Metode ini dapat digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Sugiyanto (2009: 54)
berpendapat bahwa Metode Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) memberi
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataannya hidup di luar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam model pembelajaran
ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh
temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa
untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan
rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada
siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan
pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di ajak untuk
bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran
kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi,
tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang
dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two
Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap
anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi
siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Langkah-langkah
pelaksanaan metode Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) ini adalah:
(1) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat, (2) siswa bekerja sama
dalam kelompok berempat seperti biasa, (3) setelah selesai, dua orang dari
masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu
ke dua kelompok lain, (4) dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas
membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka, (5) tamu mohon diri
dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari
kelompok lain, (6) kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah
mereka tunaikan.
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:
1)
Persiapan
Pada
tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem
penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa
menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan
suku.
2)
Presentasi Guru
Pada
tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan
materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3)
Kegiatan Kelompok
Pada
kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas
yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah
menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok
kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota
kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang
diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari
masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang
lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2
anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan
melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja
mereka.
4)
Formalisasi
Setelah
belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu
kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau
didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan
siswa ke bentuk formal.
5)
Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah
diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif model TSTS.
Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pembelajaran dengan model TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
Suatu metode pembelajaran yang dipilih pasti memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari metode Two Stay Two Stray adalah: (1) dapat diterapkan pada semua
kelas/tingkatan, (2) kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, (3) lebih
berorientasi pada keaktifan, (4) diharapkan siswa akan berani mengungkapkan
pendapatnya, (5) menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, (6) kemampuan
berbicara siswa dapat ditingkatkan, (7) membantu meningkatkan minat dan
prestasi belajar. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah: (1) membutuhkan
waktu yang lama, (2) siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, (3) bagi
guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), (4) guru
cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Perbandingan
metode Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan metode
lain seperti Team Assited Individualizatiori (TAI), Team Games
Tournament (TGT) dan Students
Team Achievement Division (STAD) dapat dilihat dari berbagai dimensi.
Tabel 1.
Perbandingan Metode Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dengan
metode lain.
TSTS
|
TAI
|
TGT
|
STAD
|
Siswa
ditempatkan
dalam
tim-tim belajar
beranggotakan
4 siswa
yang
heterogen.
|
Siswa
ditempatkan
dalam
tim-tim belajar
beranggotakan
4-5
siswa
yang heterogen.
Adanya
penghargaan
dari
hasil penilaian.
|
Siswa
ditempatkan
dalam
tim-tim belajar
beranggotakan
4-5
siswa.
Siswa
permainan
dengan tim
lain
untuk memperoleh
skor
tambahan bagi
timnya.
|
Siswa
ditempatkan
dalam
tim-tim belajar
beranggotakan
4-5
siswa
yang heterogen.
Adanya
penghargaan
kelompok
dari hasil
penilaian.
|
Komponen-komponen
TSTS
yaitu;
Materi,
kelompok
(teams), pembagian
permasalahan,
mendiskusikan
permasalahan
(kerja
kelompok),
presentasi
kelas,
penghargaan
kelompok.
|
Komponen-komponen
TAI
yaitu;
Kelompok (teams), Tes
Penempatan (placement
test), Materi
kurikulum, Kelompok
belajar,
Penilaian dan
pengakuan
tim,
Mengajar
kelompok,
Tes
fakta, Mengajar
seluruh
kelas
|
Komponen-komponen
TGT
yaitu:
Materi,
Kelompok(teams),
Game,
Turnamen,
Penghargaan
kelompok.
|
Komponen-komponen
STAD
yaitu-
Presentasi
Kelas,
Kelompok (teams),
Kuis,
Skor Kemajuan
Individual,
Penghargaan
Kelompok
|
Kelebihan:
Mudah
dipecah
menjadi
berpasangan,
lebih
banyak ide
muncul,
lebih abnyak
tugas
yang bisa
dilakukan,
dan guru
mudah
memonitor.
.
|
Kelebihan
:
Meminimalisir
keterlibatan
guru
dalam
pemeriksaan
dan
pengelolaan tim,
Siswa
akan termotivasi
untuk
mempelajari
materi
dengan cepat
dan
akurat, dapat
merigecek
pekerjaan
satu
sama lain,
Mengurangi
perilaku
mengganggu,
konflik
antar
pribadi dan
menimbulkan
sikap
positif,
Siswa yang
berkemampuan
lemah
akan
terbantu.
|
Kelebihan
:
Memotivasi
siswa
karena
belajar
dikombinasikan
dengan
game
/menggunakan
permainan
dan siswa
dilatih
untuk
bekerjasarna.
|
Kelebihan
:
Mendorong
siswa
berdiskusi,
saling
bantu
menyelesaikan
tugas,
menguasai dan
pada
akhirnya
menerapkan
keterampilan
yang
diberikan
|
Kckurangan:
Membutuhkan
lebih
banyak
waktu,
membutuhkan,
kurang kesempatan untuk kontribusi individu, dan siswa mudah melepaskan diri
dari keterlibatan dan tidak memperhatikan permasalahannya.
|
Kekurangan
:
Dalam
penerapannya
membutuhkan
manajemen
waktu
yang
baik.
Kesempatan
individu mendominasi
|
Kekurangan
:
Dalam
penerapannya
membutuhkan
manajemen
waktu
yang
baik
|
Kekurangan
:
Dalam
penerapannya
membutuhkan
manajemen
waktu
yang
baik
Mengacu
pada belajar kelompok sehingga kurangnya kesempatan untuk individu
|
1.
Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS)
a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS)
Salah satu teknik
model pembelajaran kooperatif adalah teknik
Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) yang dikembangkan oleh Spencer
Kagan pada tahun 1992. Teknik ini bisa digunakan bersama dengan model Kepala
Bernomor (Numbered Heads). Model pembelajaran kooperatif teknik ini dapat
digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Mengenai
pengertian dan gambaran pembelajaran Two Stay
Two Stray atau Dua Tinggal Dua Tamu, Suprijono (2009) menyatakan:
Pembelajaran Two Stay Two Stray atau Dua Tinggal Dua
Tamu diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan
tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota
kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban
menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja
kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu
diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan
tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke
kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang
bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka
tunaikan (hlm. 93)
b.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS)
Dalam model pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray ini memiliki tujuan
yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas
sebelumnya. Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk
aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan
juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Lie (mengutip simpulan Kagan, 1992) bahwa Two Stay Two Stray merupakan pembelajaran yang mendorong siswa supaya aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran (2007: 61). Sejalan dengan teori tersebut, Crawford (2005)
bahwa Two Stay
Two Stray (TSTS) menawarkan sebuah
forum dimana siswa dapat bertukar ide dan membangun keterampilan sosial seperti
mengajukan pertanyaan menyelidik, sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan
pemahaman siswa (Isjoni, 2011: 50). Salah satu alasan menggunakan teknik
pembelajaran Two Stay Two Stray ini
karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok,
siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang
ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Teknik Two
Stay Two Stray (TSTS)
Mengenai langkah-langkah
pembelajaran kooperatif teknik Two Stay Two Stray, Lie (2007) mengemukakan:
Langkah-langkah pelaksanaan teknik Two Stay Two
Stray adalah: (1) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok berempat; (2)
siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa; (3) setelah selesai,
dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu ke dua kelompok lain; (4) dua orang yang tinggal dalam
kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka;
(5) tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain; (6) kelompok mencocokkan dan membahas hasil
kerja yang telah mereka kerjakan (hlm. 60).
d. Tahapan
Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Pembelajaran kooperatif teknik TSTS terdiri dari beberapa
tahapan yaitu sebagai berikut:
1)
Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus
dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan
suku.
2)
Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3)
Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.
Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam
kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota
kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang
diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 anggota dari masing-masing
kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara
2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang
tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan
temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
4)
Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru
membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5)
Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini
untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi yang
telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik TSTS.
Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil
pembelajaran dengan teknik TSTS, yang selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
a. Kelebihan
dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray
Suatu model pembelajaran yang dipilih pasti memiliki
kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari model pembelajaran Kooperatif teknik Two Stay Two Stray adalah: (1) dapat
diterapkan pada semua kelas/tingkatan; (2) kecenderungan belajar siswa menjadi
lebih bermakna; (3) lebih berorientasi pada keaktifan; (4) diharapkan siswa
akan berani mengungkapkan pendapatnya; (5) menambah kekompakan dan rasa percaya
diri siswa; (6) kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan; (7) membantu
meningkatkan minat dan prestasi belajar. Sedangkan kekurangan dari metode ini
adalah: (1) membutuhkan waktu yang lama; (2) siswa cenderung tidak mau belajar
dalam kelompok; (3) bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga); (4) guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.