a.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut
Slavin (2009:4), pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode
pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam
kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan beragumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai
saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Anita Lie (2008: 29) berpandangan
bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan
lebih efektif. Menurutnya pula ada lima unsur yang membangun penerapan
pembelajaran kooperatif; a) saling ketergantungan positif, b) tanggung jawab
perseorangan, c) tatap muka, d) komunikasi antar anggota, dan e) evaluasi
anatar kelompok.
12
|
Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat melatih
siswa supaya mampu berpartisipasi aktif, berkomunikasi, serta bekerjasama di
dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu siswa satu sama lain dalam belajar
dan siswa mempunyai tanggung jawab untuk memperoleh hasil yang telah
ditargetkan dalam kelompok serta kerja siswa dapat lebih terarah karena tiap
siswa sudah mempunyai peran masing-masing berkaitan dengan tugas yang telah
diberikan.
b.
Unsur-unsur
Pembelajaran Kooperatif
Kerja kelompok belum tentu
identik dengan pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Hal demikian tergantung bagaimana proses belajar yang terjadi
dalam kelompok. Roger dan David Johnson (Lie, 2008:31-37) mengatakan untuk
mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur cooperative learning yang diterapkan antara lain:
1) Saling
ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
guru sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok
kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga
setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka. Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik.
Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok
dibentuk dari sumbangan tiap anggota. Dengan demikian siswa yang mempunyai
kemampuan yang kurang begitu baik terpacu untuk memberikan sumbangan nilai yang
baik.
2) Tanggung jawab perseorangan.
Tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung dari
saling ketergantungan positif. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut
prosedur model cooperative learning,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
3)
Tatap muka.
Setiap kelompok diberi kesempatan untuk bertatap muka
dan berdiskusi. Melalui proses ini siswa dapat membagikan pengalaman yang telah
dialaminya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. Sinergi tidak didapatkan begitu
saja terjadi dalam sekejap, tetapi melalui proses yang cukup panjang. Para
anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima
satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.
4)
Komunikasi antar anggota.
Keberhasilan suatu kelompok dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan guru juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka mengutarakan pendapat mereka.
5)
Evaluasi proses kelompok.
Perlu disediakannya waktu khusus untuk melaksanakan evaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya dapat bekerja
sama dengan lebih efektif.
c.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum
Ibrahim,dkk (Isjoni, 2009:27-28), yaitu :
1) Hasil
belajar akademik.
Dalam cooperative
learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat
bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
2) Penerimaan
terhadap perbedaan individu.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai
latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada
tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar
saling menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan
keterampilan sosial.
Tujuan penting ketiga cooperative
learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.
d.
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran
Kooperatif
Sebenarnya semua model, metode,
strategi, teknik pengajaran dan pembelajaran itu baik, dan semuanya itu
tergantung bagaimana guru mampu mengelola proses pelaksanaannya. Dan
masing-masing itu juga memiliki kelebihan dan kekuranganya, akan tetapi semua
itu tergantung kepada pemahaman dan keterampilan guru dalam pelaksanaannya.
Isjoni (2007: 25) memaparkan model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan
dan kekurangan antara lain:
1) Kelebihan
pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar
yang juga terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran
namun bias juga berperan sebagai tutor sebayanya. Dan juga menghasilkan
peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar
menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa memperbaiki sikap
terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta
membantu siswa dalam menghargai pokok pokiran orang lain.
2)
Kekurangan pembelajaran kooperatif
Kekurangan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor yaitu faktor dari
dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai
berikut: a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu
memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; b) Agar proses pembelajaran
berjalan dengan lancer maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang
cukup memadai; c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas. Sehingga banyak
yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; d) Saat diskusi kelas,
terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain
menjadi pasif.
Water Hack Burns 2lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusOver 160000 men and women are losing weight with a easy and secret "liquids hack" to drop 1-2lbs each night as they sleep.
It's effective and works with anybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Hold a drinking glass and fill it with water half glass
2) And now follow this proven HACK
you'll be 1-2lbs lighter when you wake up!